#dibuangsayang99

Hi. So, I haven't been writing much recently, much less posting here. But I guess that doesn't really matter because nobody actually reads this. Lol.

Today I would like to tell about one of my expiriences in making the world a better place- through small steps. You see, kids, as I've said before on another post, if you can't do big things, just do a million little things.

Please excuse my language.

Selepas dari un 2018, "event" akademis terakhir di masa smp, gue menemukan ada banyak banget kertas bekas coret-coretan, tugas, ataupun hal-hal lain yang kurang berguna kalo gue simpan. Perlu diketahui juga, gue adalah orang yang sangat sayang (read: pelit) kertas. Contohnya, gue berusaha kotak-kotakin coretan gue sekecil mungkin biar semua muat dalam satu kertas. Alhasil dari kepelitan itu juga, kertas-kertas bekas tiga tahun gue smp masih tersimpan berantakan. Gue selalu mikir kertas itu masih bisa digunakan, entah untuk apa.

I guess it's because when I was little, I used to make toys for me and my brother, all completely out of paper and tape. Sayangnya sekarang gue gak ada teman main, nggak tahu mau bikin mainan buat siapa.

Di SD gue dulu, setiap kelas punya recycling bin. Emang dari kecil udah diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, bahkan pada kategorinya. Organik, non-organik, bottles, cans, paper. Bisa dilihat juga di film-film dan sebagainya bahwa ada yang recycling place gitu. Jadi, dari situ ide gue.

Akhirnya gue kasih tahu ide gue untuk recycle kertas bekas kami ke teman-teman gue. Sayangnya, kebanyakan hanya iya-iya saja tanpa tergerakkan untuk benar-benar melakukan sesuatu. Dan pada akhirnya, cuma ada a handful of people yang sungguh kerja dari awal sampai akhir. Nggak apa-apa, mungkin yang lain pada sibuk, atau terlalu bingung mau bantu gimana.

Jadi, lahirlah #dibuangsayang99. Name courtesy to Viradha. Dibuang sayang, karena ya, dibuang begitu doang emang sayang banget. 99 karena itu sekolahku, smpn 99 jakarta (an amazing school for those of you 6th graders who don't know where to go).

Proses terbuatnya #dibuangsayang99 tidak segampang itu. Pertama, kami harus izin ke sekolah terlebih dahulu. Awalnya sih, cuma gue dan Tava yang sekadar ngomong dengan guru favorit kami, Pak Didin. Y'know, like "wouldn't it be nice..?" Terus, Tava membuat posternya, yang semoga aja gue masih punya fotonya. Kami bicarakan dengan pihak sekolah, sekalian dengan rencana-rencana kami. Inti dari tujuannya sih, cuma pengen ngurangin buang-buang kertas di muka bumi ini- atau setidaknya di 99, angkatan ini. Start small. Udah, itu aja.

Jadi, akhirnya gini.
Panitia #dibuangsayang99 meletakkan kardus di sekitar lingkungan sekolah dalam kurun waktu beberapa hari, kalo nggak salah sekitar seminggu waktu itu. Ini langsung setelah UN, mungkin minggu depannya. Dapat kardusnya juga nggak begitu mudah, harus jalan ke Pasar Ampera dan kembali, membawa kardus-kardus.
Mohon maaf, gue udah nggak megang foto-fotonya.

Udah gitu, kardusnya ada yang nggak mau ngasih gratis. Jadi, kita bayar. A bit pricey and stupid of us, now that I think about it. Ada juga yang biarpun bayar nggak mau ngasih sama sekali. Tapi terima kasih sekali untuk mas tempat suatu fotokopian di Jl. Angkur, you da real mvp.

Oke. Kita taro di pojok-pojok sekolah. Kita tinggalin, besok atau lusanya balik lagi. Dan ternyata cukup penuh, karena walau sudah UN, siswa kelas 9 tetap datang ke sekolah untuk mengembalikan buku perpustakan. Pas, sengaja ada kardus di depan perpustakaan. Sekalian, lah.

Oh iya, kita nggak cuman naro kardus untuk kertas. Ada juga kardus untuk buku. Biasanya, buku pelajaran yang sudah tidak diperlukan kita kasih ke adik-adik, tetangga, saudara, teman, siapapun di kelas bawah yang membutuhkan. Tapi, kadang kita bingung mau kasih ke siapa lagi. Misalkan, kita anak bungsu, atau terlalu jauh kalo mau kasih ke orang yang membutuhkan. Santai aja! #dibuangsayang99 memberikan fasilitas untuk donasi buku.

Iya, para kelas 9 nggak usah khawatir buku-buku numpuk kena debu di rumahnya, dan kelas 7 dan 8 nggak usah khawatir beli buku untuk UN! Nggak cuman buku UN, kami terima buku apa aja. Tinggal taro di dalam kardus, lalu kalo ada yang minat, boleh banget diambil. Siapapun, mau guru sekalipun. Kalo kelas 9nya sendiri melihat buku yang menarik untuk adiknya, silakan saja!

Terus gimana, kalo misalkan ada yang "nyuri" bukunya? Guys, ini buku gratis, ambil aja! Toh kalo kalian mau jual lagi, ya sudah. Semoga uangnya bermanfaat. Tapi ilmu lebih bermanfaat, hehehe.

Yang tadinya takut gak ada yang mau nyumbang, jadi seneng banget kardus-kardusnya penuh berkali-kali! Panitia harus nyortir semua kertas-kertasnya, lalu menjualnya ke.. orang yang.. beli.. kertas.. Maaf banget, gue lupa sebutan buat orangnya apa. Menurut gue, kami salahnya di sini. Ini nggak sepenuhnya termasuk "recycling", sama aja dibuang, bukannya? Kurang tahu juga dia gunakan untuk apa. Mohon maaf mengecewakan di sini. Gue juga kecewa sama gue sendiri.

Hasil uang yang didapatkan (lumayan!), digunakan untuk membeli "sembako" untuk warga smpn 99 yang selama ini sudah membantu banyak dalam perihal kebersihan dan keamanan. Senyumnya, terima kasihnya, ah, alhamdulillah gue bisa merasakannya empat mata. It was priceless. Awalnya, gue males banget buat ke sekolah sendirian (hari itu lagi nggak ada yang bisa), bawa banyak kantong plastik isi sembako dan ngasihnya sendiri juga. Bahkan sampai pada level di mana gue jadi nggak mau lagi bikin semacam #dibuangsayang99 gitu, ribet, capek. Tapi, pas udah selesai, gue seneng banget memutuskan untuk tetap ngasih sembakonya walau sendiri. Semuanya worth it, lah. Senang aja rasanya hasil jerih payah ada gunanya. Silakan dicoba, buatlah seseorang bahagia dalam kesempatan apapun yang ada!

Sedangkan, buku-buku sisa yang tidak diambil kami sumbangkan ke sebuah panti asuhan di Jl. Pondasi. Semoga bermanfaat.

Nah, walaupun hasil akhirnya memuaskan, tapi dalam prosesnya, gak semua orang 100% mendukung. Ada yang berkata bahwa ini "ribet" dan sebagainya waktu kami sedang membawa kardus ke sekolah. I am not exagerating when I say itu sangat menyakitkan dan bikin nge-down. Emang ngapain ya kita ribet-ribet? Nggak tahu juga. Emang nggak guna kali ya, ngelakuin ini? Paling nggak ada yang berpartisipasi juga. Bayangin, orang dan kata-katanya masih terbayang jelas di ingatan gue. Tapi, abis itu, Bapet (salah satu penjual makanan di kantin sekolah) berkata, 'yaudah kan berbuat baik, baguslah'. And God, bless her for lifting our spirits up.

Pas #dibuangsayang99 udah selesai, tinggal ngasih sembako, kami ketemu Bu Fathika, guru PPKn. Guru yang baik. "Semoga membawa keberkahan, semoga kalian dibalas oleh Allah," ucap Beliau. Waktu itu, udah lebih dari jam 5 sore, dan kami semua capek banget abis kerja seharian. Itu baru habis dari Berkah, jalan kaki bawa kantong-kantong berisi sembako. Dan, kata-kata itu berhasil membuat kami lega, entah kenapa. Terima kasih, Bu Fathika.

Dalam journal-ku, pada tanggal 10 Mei 2018, ketika sedang bercerita tentang proyek ini, aku mengucapkan beribu-ribu terima kasih dan doa kepada Bu Fathikan, Bapet, dan panitia. Jazakallah khair. May God bless you.

There are also some lessons I learned while doing #dibuangsayang99:
1. Kelakuan baik tidak selalu dimengerti dan diapresiasi, but keep it up.
2. Don't underestimate words. Sekecil apapun bisa menyakitkan ataupun menguatkan
3. Bila ada kata-kata baik yang bisa dikatakan, setidak penting apapun itu, katakan. Siapa tahu, kau telah membuatnya senang.
4. Lakukanlah perbuatan yang baik, sekecil apapun itu. Kamu tidak tahu siapa yang mendoakanmu karenanya.

And so many more yang tidak bisa kukatakan satu-satu.


Gue (dan segenap panitia) mengharapkan ada yang ngelanjutin #dibuangsayang99 sebenarnya, tapi kayaknya tidak akan terjadi. Padahal, manfaatnya lumayan besar.
Dan kalau ada, semoga kalian bisa lebih baik dari panitia 2018 ya!

Gue, sebagai perwakilan dari panitia, mau minta maaf atas semua kesalahan kami dalam acara kami tahun lalu. Dan, gue juga mau berterima kasih sebesar-besarnya untuk semua orang yang telah membantu! Dari Tava, Viradha, Alfia, Vita, sampai Bu Fathika dan Bapet. Jazakallah khair, jazakallah khair, jazakallah khair.


Oh iya, buat yang mau lihat-lihat lebih lanjut, boleh silakan cek @dibuangsayang99_
Dan ini poster yang kujanjikan tadi


So, do good in this world we sometimes give up on. Make the tiniest difference. Do community service. Turn off your AC when you don't really need it. Teach a friend your favorite subject. Throw away the trash. Be nice. Give a smile.

When you can't find anymore good people in this world, become one.


-Alya Supangkat,
di kelas x mia 5,
Jakarta,
April 9th 2019,
02:25 P.M.,

signing out.

Comments

  1. inget bgt gue akhirnya bisa rela ngebuang semua kertas2 ujian dsb dari SD! wow. masih syg bgt gue gaikut bantu panitia waktu itu:( lo salah satu temen yg menginspirasi gue, salah satunya lewat project ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lain kali bikin proyek bareng yuu! Banyak hal yg bisa kita lakukan untuk dunia ini.

      Delete
    2. kapanpun tiba2 lo dpt ide atau kepikiran, ajak gue pokoknya!!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ask Me

Life by Me: Welcome To Walker