Fabel

Di suatu kebun, hiduplah seekor semut. Ia adalah semut yang kecil, namun berlagak paling besar. Semut senang sekali berjalan sekitar kebun, melihat-lihat binatang-binatang lainnya yang berkeliaran, dan mengolok mereka.

Pada suatu hari, ketika Semut sedang melakukan rutinitas jalan paginya, ia bertemu dengan seekor ulat. Ulat sedang memakan daun di hadapannya, merambat perlahan. Semut kemudian mengangkat sebuah berry di semak dekatnya. Satu, dua. Sedangkan, Ulat masih saja mengunyah daun yang sama sedari tadi.

"Yah! Kamu tidak ada apa-apanya! Kamu makan lama sekali! Kalau daun itu habis pun, kamu butuh waktu yang lama untuk sampai ke daun berikutnya. Lihatlah aku! Bisa membawa dua buah sekaligus, jika habis, tinggal ambil lagi." Ucap Semut meremehkan. Ulat diam, meneruskan sarapannya. Ia tahu, ucapan-ucapan buruk tidak perlu dibalas. "Dan lihat sekali lagi!" Seru Semut melanjutkan omongannya. Ia berlari sekencang mungkin. "Aku bisa berlari lebih cepat daripadamu! Dan aku punya banyak teman, satu koloni! Kamu punya siapa? Tidak ada yang mau berteman denganmu!"

Tanpa disadari Semut, ialah yang tidak memiliki teman. Ialah yang tidak disukai. Semut berjalan angkuh melewati Ulat yang dianggapnya tidak berguna itu.

Seminggu kemudian, hujan lebat melanda kebun. Semua binatang di kebun berlari ke sana kemari mencari perlindungan. Siput berlindung di dalam cangkangnya, burung di dalam pohon, dan sebagainya. Sedangkan, si Semut terlihat kebingungan. Ia terpecah dari koloni semutnya yang entah sudah di mana. Sampai akhirnya, karena terlalu panik, ia terjerumus ke dalam genangan lumpur.

"Toloongg! Tolooonggg!" Teriak Semut. Sayangnya, hewan-hewan lainnya sudah bersembunyi. Namun, tiba-tiba, seekor kupu-kupu terbang hebat melewati rintikan air hujan, hingga sampai di hadapan Semut.

"Tolong!" Teriak Semut yang segera dibantu oleh kupu-kupu dengan mudah. Kemudian kupu-kupu mengangkat Semut dan meletakkannya di bawah dedaunan semak-semak.

"Terima kasih!" Ucap Semut. "Wah, sayapmu keren sekali!" Semut terkagum dengan motif binatang di depannya. "Andai aku punya sayap sehebat itu, aku pasti akan terbang ke mana-mana, tinggi sekali mengudara! Andai aku punya sayap sehebat itu, aku pasti tidak akan tertangkap di lumpur ini. Kamu adalah hewan terhebat di kebun ini!"

Kupu-kupu tersenyum tipis. "Apakah kau ingat ulat yang pernah kau sebut 'tidak ada apa-apanya'?"

"Ulat? Oh, si tidak berguna. Memangnya kenapa?"

"Akulah ulat itu."

"Kamu? Ulat tidak berguna? Tidak mungkin! Aku jauh lebih hebat daripada dia!" Seru Semut berbangga diri.

"Sesungguhnya apa yang kau lihat belum tentu semuanya. Kau tidak tahu, bukan, kalau ulat akan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu seperti aku?"

"Dan jika engkau sebagai ulat tidak ada, maka sekarang aku akan tetap berada dalam genangan lumpur tersebut.." Semut terdiam. Ia baru tersadar, bahwa ia bukanlah yang terhebat dalam kebun kecil yang disebut rumahnya itu. Ia akan mengingat ini sebagai pelajaran untuk ke depannya. Janganlah menyombongkan diri, ada karma yang menunggu.




Retold by Alya, 10 oktober 2018.
Mohon maaf tidak berkualitas. Tidak niat dengan fabel. Hanya untuk tugas literasi semata.

Comments

Popular posts from this blog

#dibuangsayang99

Ask Me

Life by Me: Welcome To Walker